BudayaJawa Tengahkudus

Wujudkan Kearifan Lokal, MA NAHMUS Gelar Karya Wayang Klithik

Spread the love

Kudus//liputankudus.com – Implementasikan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila Profil Pelajar Rahmatan Lilalamin (P5RA), dalam tema kearifan lokal Madrasah Aliyah Nahdlatul Muslimin (MA NAHMUS) Gelar Karya Wayang Klithik. Acara diselenggarakan di Halaman Madrasah Aliyah Nahdlatul Muslimin, yang berlokasi di Desa Undaan Kidul Gang 13, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Pada hari kamis, (16/05/2024).

Pagelaran Wayang Klithik ini pertama kali dilaksanakan di MA NAHMUS Undaan Kudus, dengan menciptakan karakter profil pelajar pancasila pada siswa-siswi. Karakter ini meliputi beriman, bertakwa kepada Tuhan yang maha esa, berkebhinekaan global, gotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.

Ruston Zetfi selaku Guru sekaligus pembimbing di MA NAHMUS, memberikan penjabaran terkait alasan khusus acara diselenggarakan.

“Terselenggaranya Pagelaran ini, merupakan wujud pengaplikasian projek P5RA pada kurikulum merdeka tema kearifan lokal. Alasannya pagelaran Wayang Klithik dari banyaknya kearifan lokal, karena yang masih melestarikan wayang Klithik hanya ada di Desa Wonosoco, Kecamatan Undaan. Tidak lain kami mencoba melestarikan kepada anak-anak, dengan memperkenalkan wayang Klithik di era perkembangan zaman,” jelasnya.

Selain itu, ia juga menambahkan terkait persiapan siswa-siswi dalam mementaskan wayang klithik dan proyeksi kedepannya.

“Siswa-siswi kelas 10  belajar cuman 8 kali untuk penampilan hari ini, berguru dan berlatih ke Desa Wonosoco dengan pengarahan dari pelatih serta pembimbing. Setelah pagelaran ini, insyallah akan ikut serta dalam lomba yang nantinya akan diselenggarakan oleh kementerian agama. Tidak menutup kemungkinan juga, harapan besar anak-anak dapat dipercaya masyarakat untuk tampil dan berkembang menjadi lebih baik lagi,” tambahnya.

Nafidz El Watsiq siswa kelas 10 yang berperan sebagai dalang, memberikan kesan pertamanya tampil di depan umum pada pagelaran wayang Klithik ini.

“Durasi pagelaran wayang tadi sekitar 50 menit, rasanya tidak percaya bisa memperagakan atau memainkan jadi dalang. Bahkan awalnya saya tidak mengenal apa-apa terkait dunia pewayangan, dan ternyata ini sangat mengesankan.  Selesainya pagelaran menjadikan saya berfikir, untuk meneruskan dasar skill saya menjadi dalang yang sesungguhnya.” tandasnya.

(Ast)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *