Berita DaerahJawa TengahkudusorganisasiPendidikan

Perdana! Diskusi Kartini Dari Sisi Enterpreuner Oleh PERPINA DPC Kudus

Kudus//liputankudus.com – Perkumpulan Perempuan Pemimpin Indonesia (PERPINA) Dewan Perwakilan Cabang (DPC) Kudus, laksanakan Diskusi Publik yang mengangkat tema Kartini sebagai pelopor UKM Indonesia. Acara berlangsung di Gedung SBSN, Lt. 2, Tarbiyah, IAIN Kudus. Selasa (30/04/2024).

Acara ini dihadiri secara langsung oleh Umma Faria selaku Ketua Dharma Wanita IAIN Kudus, Yuanita Maya selaku Moderator Diskusi dan Ketua Divisi Literasi dan Kebudayaan PERPINA DPC Kudus, Ekawati Rahayu Ningsih selaku Narasumber pertama dan Dosen Manajemen Bisnis IAIN Kudus, Nur Said selaku Narasumber dua dan pegiat literasi gender IAIN Kudus, para anggota dan pengurus PERPINA DPC Kudus, serta Mahasiswa IAIN Kudus.

Yuanita Maya selaku moderator memberikan penjelasan sebagai pengantar terkait pengaruh literasi terhadap progresivitas Kartini.

“Tema yang diangkat disini keterkaitan Kartini pelopor UKM Indonesia, yang banyak diketahui publik Kartini itu tokoh emansipasi wanita dan pendidikan. Padahal kalo kita melihat dari kaca mata Enterpreneur, Kartini memiliki peran dalam ekonomi masyarakat Jepara. Mengangkat UMKM produk lokal dalam pasar ekspor dan impor, sehingga masyarakat Jepara terbantu pada saat itu,” ujarnya.

Hal inipun, diafirmasi oleh Nur Said selaku Narasumber pertama. Menjelaskan juga keterkaitan praksis emansipasi wanita dalam keberagaman Kartini.

“Banyaknya tokoh perempuan, namun Kartini yang menjadi pelopor emansipasi perempuan. Karena beliau banyak mendokumentasikan kisahnya dalam literasi buku. Adapun Kartini memiliki 3 sikap, yakni modernitas, manusia, dan nestapa,” jelasnya.

Sehingga Ekawati Rahayu Ningsih selaku Narasumber kedua, memberikan data pendukung terkait semangat Kartini dengan merefleksikan diri menjadi perempuan tangguh dalam berbisnis dan berprestasi.

“Seperti yang dibahas oleh moderator dan narasumber pertama, bahwa Kartini ini punya peran penting dalam mengupayakan ekonomi rakyat Jepara, dimana pengerajin dulunya tidak ada wewenang dalam menentukan harga pasar. Tekad Kartini inilah yang dapat ditiru, dimana perempuan bisa mengevaluasi diri dan introspeksi diri sendiri, kemudian akan bisa meningkatkan kelas dirinya untuk berkualitas diimbangi personal branding.” tandasnya.

(AST)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *