P3B Kasunan Kudus, Maknai Sedekah Bumi dengan Bincang Budaya
Kudus//liputankudus.com – Sedekah Bumi menjadi agenda tahunan masyarakat Jawa, khususnya kabupaten Kudus dibulan Apit (Istilah Jawa). Hal ini menjadi urgensi pembahasan oleh perhimpunan pemangku punden dan belik Kasunan Kudus, dengan mengangkat “Sedekah Bumi” sebagai perbincangan budaya. Acara berlangsung di Alun-alun Kulon Menara Kudus, yang berlokasiJl. Sunan Kudus, Pejaten, Langgardalem, Kec. Kota Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Pada hari Kamis, (22/05/2024).
Meriahnya acara yang dipimpin oleh Kang Jalil, bersama Irjen. Pol. Drs. Ahmad Luthfi, S.St.Mk., S.H., Dr. HM. Hasan Chabibie, St., M.Si Dr. Aguk Irawan, Lc., MA. Diikuti semua lapisan masyarakat dan jajaran kepolisian. Serta dimeriahkan oleh Suluk Tajug Menara.
Jalil selaku pemimpin jalannya perbincangan Sedekah Bumi, memberikan pengantar keterkaitan Sedekah Bumi kepada Masyarakat yang hadir dengan mengenakan pakaian adat Kudusan.
“Asal usul kenapa bumi perlu disedekahi, karena bumi sedang tidak baik-baik saja. Segi keamanan terganggu, alam diraya, perang dimana-mana. Bumi kita ini sepeti panas, maka dengan cara didinginkan dan diselamatkan dengan Sedekah Bumi” jelasnya.
Selain itu, didalam pengantar dan juga tarik benang pembahasan. Ia juga menambahkan keterkaitan asal usul Bumi, serta keterkaitan dengan Menara Kudus.
“Dulunya Bumi ini dihuni iblis dan setan, sehingga diturunkanlah manusia supaya damai dan berkah yakni turunnya Nabi Adam dan Ibu Hawa. Namun, semakin kesini yang seharusnya Bumi atau Dunia milik bersama bukan hanya Manusia. Egositas manusia dileburkan digambar dengan Bangunan Menara Kudus, yakni bangunan kokoh merangkul 3 Agama yakni Body Hindu, Atap Islam, dan Tepat Wudlu Budha” tambahnya.
Perbincangan Sedekah Bumi inipun, direspon oleh Ahmad Luthfi selaku pembicara dari pihak kepolisian. Menjelaskan terkait Budaya, Punden, dan Budaya Lokal.
“Cipta Budaya Karsa, Budaya lahir saat manusia itu lahir. Sunan Kudus menggariskan beberapa kaidah yang perlu dipahami. Adanya Bilik dan Punden, sebagai masyarakat kita harus memaknai dengan dalam. Selama kita masih bisa ngeri-ngeri budaya lokal dengan wujud sedekah bumi, ini salah satu wujud treatment tradisi Jawa Tengah untuk alat pemersatu bangsa bagi wilaya.” tandasnya.
(Ast)