BudayafaktaJawa Tengahkudusmitos

Mitos Atau Fakta, Usai Disembelihkan Wedus Kendit Banjir Demak Mulai Surut

Kudus // Liputankudus.com – Banjir yang menimpa sejumlah wilayah kabupaten Demak, diperkirakan akibat tanggul yang jebol dan hujan tiada henti selama berhari-hari. Namun masyarakat juga menghubungkan akibat dari banjir besar yang terjadi dua kali di tahun 2024 ini, berhubungan dengan sisi lain atau hal yang berbau mistis.

Berbagai Usaha Masyarakat bergotong-royong, untuk menanggulangi Banjir yang mencapai 30-60 CM di wilayah Demak. Hingga muncul berbagai asumsi dari masyarakat, yang menyatakan bahwa banjir terjadi akibat tidak adanya pelaksanaan sedekah bumi yang seharusnya dilaksanakan setiap satu tahun sekali.

Suhar, salah satu warga setempat yang berprofesi sebagai pemborong padi, menyatakan bahwa semenjak penyembelihan Wedus Kendit pada Rabu (20/03/2024) kondisi Banjir Demak mulai surut. Akses Jalan untuk transportasi mobil-pun bisa dilewati untuk saat ini.

“Percaya tidak percaya, ini nyata. Buktinya ketika beredar informasi terkait seorang teknisi excavator ditemui seseorang untuk menyembelih wedus kendit, dan kemudian dilaksanakan masyarakat Demak. Banjir mulai surut secara drastis, dari 80 cm ke 30 cm” jelasnya saat di temui liputankudus.com Senin (25/3/2024).

Ia juga menambahkan, bahwa di tahun-tahun sebelumnya tradisi ini memang dilaksanakan masyarakat wujud sedekah bumi. Adanya bencana ini sebagai peringatan, untuk masyarakat tidak lagi lupa dengan tradisi yang tetap harus dilaksanakan pasca panen raya.

“Hubungan manusia dengan tradisi itu tidak bisa ditinggalkan, kita hidup dibumi Jawa. Sebagaimana mestinya paham dan mengerti ajaran serta tata Krama sebagai orang Jawa,” tambahnya.

Karmilah, selaku tokoh masyarakat Desa Karanganyar, sepakat akan adanya acara penyembelihan Wedus Kendit ini. Karena ada dampak positif untuk warga Karanganyar, yang semula menyepelekan terkait datangnya banjir, hingga banjir capai ketinggian atap rumah warga.

“Sebenernya terkait wedus kendit itu wujudnya sekarang, bahwa beberapa hari setelah penyembelihan Demak mulai surut. Adanya hal ini juga warga semakin waspada untuk tidak lupa dengan sang pencipta, dan tempat yang ditinggalinya” tandasnya.

(AST)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *